Latar Belakang Masalah
Lingkungan bersaing GMKI, terutama menjelang maupun pasca jatuhnya Soeharto, yang dikenal sebagai masa transisi demokrasi, sangatlah dinamis dan bergejolak. Hal itu terutama ditandai dengan perubahan mendasar - dan kadang berlangsung cepat - pada konstruk ide, struktur dan pola-pola hubungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan ini mempengaruhi langsung beroperasinya organisasi GMKI sebagai organisasi pergerakan mahasiswa. Suatu masa transisi demokrasi umumnya memiliki rentang waktu yang cukup panjang. Periode ini ditandai oleh pertarungan antar ideologi dan antar kelompok kepentingan praktis, bahkan ideology yang telah lama “hilang” dan kelompok yang telah tersungkur pun mencoba bangkit lagi dan ikut berkompetisi. Pengalaman transisi demokrasi di banyak negara memberikan pelajaran berharga yang perlu dicermati untuk memahami kondisi Indonesia saat ini dan ke depan. Pengalaman itu dapat dipakai oleh GMKI untuk memperkirakan (memprediksi) situasi ke depan, dan kemudian merumuskan apa yang perlu dilakukan dalam situasi tersebut. Lingkungan bersaing yang dinamis dan bergejolak itu senantiasa
menuntut dibuatnya pilihan strategi dan kebijakan organisasi yang tepat dan bersesuaian (fit and adaptive). Dalam konteks GMKI, dibuatnya pilihan strategi dan kebijakan organisasi selalu bergerak dalam semangat “pembaruan”.
Istilah pembaruan, pada satu sisi sangat ketat makna namun pada sisi yang lain sangat lentur/elastis, tergantung pada perspektif siapa yang menggunakannya. Oleh karena itu hakekat pembaruan perlu dimaknai dan dibatasi (dikonsepsikan) dengan tepat. Untuk membangun suatu konsep dibutuhkan penghampiran (approach) yang tepat. Penghampiran terhadap konsep bisa dilakukan dengan banyak cara, namun cara yang paling memudahkan untuk diukur, dipertanggungjawabkan dan dibuktikan (diklarifikasi), adalah dengan membangunnya di atas suatu penghampiran teoritis/ilmiah.
Dengan mengikuti cara berpikir tersebut, pada tulisan ini, inisiasi ide pembaruan (reinventing organisasi) berikut konseptualisasinya dilakukan dengan membuat penghampiran teoritis/ilmiah. Dengan penghampiran teoritis/ilmiah diharapkan kekenyalan dari konsep dapat diuji dan bahkan diperdebatkan. Melakukan pembaruan bagaikan berjalan dalam titian yang licin, kesalahan kecil yang dibuat dapat berakibat fatal dan menyebabkan organisasi “tergelincir”, dan akhirnya justru “menghancurkan” organisasi. Demi memperlancar proses pembaruan tersebut, upaya pembaruan harus dilakukan dengan bertumpu pada faktor yang menjadi kekuatan organisasi, dengan mengacu pada suatu grand platform yang disusun dengan mempertimbangkan seluruh faktor strategis organisasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar